Vongola Indo
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Missing Link ~ The Time Before Us

2 posters

Go down

Missing Link ~ The Time Before Us Empty Missing Link ~ The Time Before Us

Post by Demitri Hunter Mon Feb 09, 2009 12:36 pm

Cast : Demitri Hunter ~~~ Ilda Vaajit ~~~ Leynad Gears
Karena semuanya anak saia jadi ga ada yang keberatan ya~
Timeline : Setengah tahun sebelum semester baru dimulai.
Judul Missing Link : Credits to Mangan Full Moon wo Sagashite by Arina Tanemura
~~~~~~~~

Di antara lorong panjang bercat putih dengan sejumlah pintu di sebelah kiri dan kanan terdengar suara di kejauhan yang kelihatannya sedang berbincang-bincang. Di antara pintu-pintu tersebut, ada sebuah ruangan dengan pintu kayu berukir merpati dan di dalamnya ada seorang pria berambut merah yang dihiasi warna biru mencolok pada poninya yang panjang sedang berdiri membelakangi sebuah sofa yang diduduki oleh perempuan berambut ungu panjang dikepang kuda. Mereka seperti sedang berdiskusi mengenai masalah penting, terlihat dari gurat keseriusan pada wajah mereka dan sinar tajam yang memancar dari bola mata keduanya.

“Apa Kau yakin?” Tanya sang wanita dengan wajah gusar namun matanya menatap lurus dan tajam ke punggung berbalut jas merah membara.

“…” Pria yang masih membelakangi perempuan itu hanya diam lalu menarik nafas sebelum berbicara. ”Jika Aku tidak yakin apa Aku akan mengatakannya padamu?” Tanyanya tanpa berbalik.

Dari mata perempuan itu yang tadinya tajam dan keras perlahan berubah menjadi sayu dan teduh lalu memejamkan pelupuk matanya sambil menyeruput Coffe Latte hangat yang diwadahkan cangkir porselein putih di antara kedua tangannya. “… Bukan begitu…” Gumamnya pelan dengan nada lembut lalu kembali terdiam. Kepalanya tertunduk dalam-dalam. Tidak tahu harus bicara apa lagi.

Namun perlahan aura perempuan itu menggelap. Seperti menahan ‘sesuatu’ di dadanya. Siap untuk meledak. “… Masalahnya adalah Kau…” Gumamnya dengan nada berat. Tiba-tiba perempuan itu kembali mendongkak dipenuhi urat-urat mengerikan di sepanjang gurat wajahnya. Matanya berkilat penuh amarah.

“KAU PIKIR AKU BISA TENANG MEMBIARKAN ADIKKU PERGI KE SEKOLAH YANG BAH KAN MAU MEMPERKERJAKAN PRIA SEPERTI MU!! PRIA PLAYBOY TIDAK TAHU ADAT YANG MENCURI CIUMAN PERTAMAKU PADAHAL TIDAK ADA SEMINGGU SEJAK PERTEMUAN PERTAMA KITA!! ADIKKU YANG MASIH BEGITU MURNI DAN POLOS!!!” Teriaknya dengan berapi-api dan penuh amarah sementara membanting cangkir yang di tangannya ke meja dengan kasar. Sedangkan pria berambut merah itu hanya bisa menutup matanya dengan alis berkerut dan tersenyum berat yang dipaksakan menandakan bahwa dia terpaksa menelan kemarahan perempuan itu mentah-mentah. Sedikit banyak pria itu bersyukur karena membelakangi perempuan itu hingga wajahnya sekarang tidak terlihat. Rasanya emosinya naik juga ke kepala. Tekanan darahnya terasa naik dan urat kekesalan sudah nyaris meledak. Biasanya pria itu akan menganggap angin lalu segala caci-maki seperti itu tapi entah kenapa perempuan satu ini selalu bisa memancing emosinya.

Pria itu membalikkan badannya dan juga memperlihatkan kemarahan di wajahnya. Dengan bangga pria itu menepuk dadanya sendiri dan berkata, “Maaf ya! Dan pria playboy tidak tahu adat yang mencuri ciuman pertama dari gadis yang baru kukenal kurang dari seminggu inilah yang sudah membantu sepasang kakak-adik yang sedang kesulitan ketika sang kakak alias gadis yang kucium lalu menamparku dengan nampan kayu meminta bantuan padaku karena sudah tidak tahu harus bagaimana!” Ujarnya setengah berteriak. Membalas segala omelan yang tadi diterimanya.

BRAKK!!
CRANG!

Perempuan ini pun tidak mau kalah. Setelah menggebrak meja yang notabene mengakibatkan cangkir itu jatuh dan menumpahakan isinya tersebut perempuan ini berdiri untuk memperlihatkan kebesaran harga dirinya. “HAH!! MAAF JUGA KARENA AKU MENYESAL HANYA MENAMPARMU DENGAN NAMPAN KAYU! HARUSNYA AKU MEMAKAI TONG ATAU MEJA YANG LEBIH BESAR!”

“APA?!” Timpal pria itu dengan wajah yang makin mengkerut akibat amarah yang memuncak. “Kau…” Belum sempat melanjutkan kata-katanya perempuan itu sudah berteriak lagi.

“DAN AKU TIDAK PERNAH MINTA BANTUAN MU!! KAU SENDIRI YANG DATANG PADAKU SAAT ‘ITU’ DAN LANGSUNG MEMBAWAKU DAN ADIKKU!!” Teriaknya melanjutkan ucapan yang sempat terputus karena pria itu.

“Harusnya kau berterima kasih tahu!! Kalau saat ‘itu’ aku tidak ada kau pikir apa yang akan terjadi pada kalian?!” Timpalnya tidak mau kalah.

“OH YEAH!! TERIMA KASIH BANYAK TUAN DEMITRI HUNTER YANG TERHORMAT! TAPI MASALAH INI DENGAN ITU BERBEDA!!” Teriaknya sambil berkacak pinggang dan mengacungkan telapak tangannya ke atas. Kebiasaan dari kampung halamannya.

“Kau sendiri yang mengatakan ingin menyekolahkannya ‘kan?! Makanya aku mendaftarkannya ke sekolah ini!” Katanya dengan nada tegas.

“TAPI ITU SEKOLAH MAFIA!! BAYANGKAN! SEKOLAH MAFIA!! KAU MENDAFTARKAN ANAK ITU, ANAK SEPERTI ‘ITU’ KE SEKOLAH MAFIA!! APA KAU SUDAH GILA?! ATAU KAU MEMANG GILA SEJAK AWAL MENGINGAT KELAKUANMU YANG SEPERTI ‘ITU’!!” Kilahnya dengan penuh nada penegasan.

“Apa masalahnya dengan sekolah mafia? Lagipula apa maksudmu dengan ‘itu’? Seenaknya saja kau bilang aku gila?!” Balasnya dengan nada sewot. Meski pun sudah sangat kesal tapi tetap berusaha menjaga kesopanan dan bertahan agar amarahnya tidak meledak. Yang merupakan karakteristik dari pria bermata merah membara itu.

“OH-HO! JADI KAU PIKIR KAU TIDAK GILA?!” Bentaknya kasar.

“Memang tidak!” Balasnya dengan penuh percaya diri dan mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Menandakan bahwa dia yakin 200%.

“KAU MASIH BERANI BERKILAH?!”

“Tentu saja! Memangnya siapa yang kau sebut ‘gila’ itu? Jangan-jangan kau sendiri?!”

“KURANG AJAR!! KAU!” Geramnya hingga menggertakkan gigi-giginya. “KALAU KAU BERANI BICARA LAGI! AKU AKAN…”

“Hoh~ Kau mau apa memangnya?” Potongnya enteng. Sengaja membuat perempuan itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Segera saja perempuan itu membuka mulutnya. Siap untuk mengucapkan sumpah serapah, namun...

“Paman dan Bibi sedang apa?” Tanya sebuah suara cempreng yang kalem di tengah-tengah keributan tersebut. Spontan medan argumentasi yang sudah keluar jalur tersebut terhenti dan dua pasang mata tersebut langsung berputar dan jatuh pada sosok berambut biru di depan pintu yang setengah terbuka. Dengan mata super cengo dan polos, bocah mungil yang berdiri itu menjadi dewa perdamaian tiba-tiba.

“Eh.. ahahaha ha… Kami… hanya… mengobrol. Ya!Mengobrol… biasa saja! Mengobrol biasa…” Kedua orang yang sudah terjerumus dalam pertengkaran konyol ini tersenyumdan saling menimpali ucapan lawan bicaranya agar menjadi alasan yang tepat tersebut menjadi kikuk dan malu karena kepergok oleh bocah mungil tersebut. Sementara si pria menggaruk kepalanya yang tidak gatal, si perempuan mendekati bocah tersebut dengan buru-buru dan berjongkok di depannya.

“Lei? Ada apa ke sini?” Tanyanya untuk mengalihkan perhatian bocah tersebut.

“Lei mau main sama Kakak!” Jawab bocah itu riang dengan senyum mengembang di pipinya.

“Oh… Kakak ada di kamarnya. Um… Lei mau main apa sama Kakak?” Tanyanya dengan lagak penasaran. Masih mencuri pandang pada pria yang berada di belakangnya.

“Um… Tapi Lei mau bikin kejutan untuk Kakak…” Katanya sambil mengantuk-antukkan kakinya ke lantai dan menundukkan wajahnya malu-malu. “Jadi Lei tidak bisa kasih tahu Bibi…” Lanjutnya dengan polos.

“Oh… kejutan ya~” Katanya sambil tersenyum cerah dan menepuk tangannya. Menyenangkan hati anak kecil memang harus berusaha keras. “Lei anak baik…” Lanjutnya sambil mengelus rambut biru tersebut. Lalu perempuan itu menurunkan tangannya, dengan sikap ceria yang dibuat-buat dia bertanya, “Um… Lei, jangan panggil ‘Bibi’ ya. Panggil ‘Kakak’ atau ‘Kak Ilda’ saja…” Bujuknya dengan lembut.

“Lebih cocok ‘Bibi’ kok…” Cetus pria yang sedari tadi membisu dan segera saja perempuan itu memalingkan wajahnya dengan tatapan membunuh pada pria itu sementara yang bersangkutan segera membuang muka dan bersiul-siul tidak jelas.

Perempuan itu pun kembali menghadap bocah itu dan merubah suasana hatinya agar tidak menakutinya. Menghela nafas panjang setelah mendapati bocah itu hanya tersenyum polos dengan kepala dimiringkan. Menandakan bahwa si bocah sangat tidak mengerti dengan maksudnya. Memang harusnya dia memaklumi sikap bocah polos itu. Tapi harga diri sebagai wanita berusia 21 Tahun membuatnya tidak bisa menerima pangillan ‘Bibi’ tersebut. “Sudahlah…” Ujarnya putus asa. Ini sudah percobaan ke-57 kalinya dan masih akan terus bertambah pastinya.

“Aku juga dipanggil ‘Paman’… padahal dia cuma anak dari sepupuku…” Timpal si pria yang sedari tadi memperhatikan gelagat perempuan itu. Segera saja si perempuan memandangnya dengan tajam.

“Umurmu kan 28 Tahun! Jadi wajar saja!” Katanya galak padahal beda umur mereka hanya 7 Tahun dan sekarang mereka mempermasalahkan panggilan untuk keduanya.

“Kau sadar kalau aku lebih tua darimu tapi kau sama sekali tidak menaruh hormat sedikit pun pada penyelamatmu ini?!” Ujarnya keras dengan melipat tangannya di dadanya persis seperti guru yang mengomeli muridnya.

“Untuk apa menghormati seorang ‘Paman’ ah, bukan! ‘Kakek Mesum’ sepertimu apanya yang harus dihormati?!” Sindirnya dengan senyum sinis menghiasi wajahnya.

“Ka—Kakek mesum katamu?! Siapa yang kau panggil ‘Kakek Mesum’ dasar ‘Nenek Galak’!!” Balasnya menyindir dengan nada keras dan berat.

“’Nenek galak’?! Kau--” Baru saja perempuan itu ingin membalas cercaan yang dia terima namun tangannya refleks menutup mulutnya. Dia nyaris lupa kalau masih ada bocah kecil yang terlalu polos di sini. Kalau begini terus bisa-bisa memberikan pengaruh buruk pada bocah itu. Meski pun sebetulnya sudah ada beberapa umpatan kasar dari dua orang ini yang masuk ke telinganya. Jadi langkah terbaik adalah mengusir bocah itu ke tempat aman secara halus dan melanjutkan perang mulut yang tidak ada habisnya. “Um… Lei ke kamar Kakak sekarang ya~ Kami perlu bicara.” Bujuknya halus.

“He-eh!” Ujarnya sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Lei pergi dulu~” Lalu bocah itu meninggalkan dua orang di belakangnya dengan menenteng sebuah tas punggung yang bergoyang-goyang karena berlari.

Sementara dua orang yang ditanggilkan tersebut sudah mengeluarkan aura tidak enak. Perang dunia ketiga sebentar lagi akan dimulai.


Terakhir diubah oleh Demitri Hunter tanggal Tue Feb 17, 2009 7:01 am, total 1 kali diubah
Demitri Hunter
Demitri Hunter
Teacher
Teacher

Jumlah posting : 1627
Join date : 17.11.08
Age : 44

Student Data
Flame Type: Hare - Sun
Rank:
Shoutout: Dilarang selingkuh sekali, kalau 2 kali sampe 100 kali boleh dong~

Kembali Ke Atas Go down

Missing Link ~ The Time Before Us Empty Re: Missing Link ~ The Time Before Us

Post by Nijiiro Rakugaki Tue Feb 10, 2009 12:10 pm

halah. ngakak guling2 gw ngakak voi, bc si iida. ancur bgt. ngakak guling2
Nijiiro Rakugaki
Nijiiro Rakugaki
Student
Student

Jumlah posting : 2097
Join date : 15.11.08
Age : 32
Lokasi : Restricted Area

Student Data
Flame Type: Kiri / Mist
Rank:
Shoutout: I have my own way of doing things!!

http://azure-lycoris.deviantart.com

Kembali Ke Atas Go down

Missing Link ~ The Time Before Us Empty Re: Missing Link ~ The Time Before Us

Post by Demitri Hunter Tue Feb 17, 2009 7:02 am

Makacih untuk kao dan kon (yang komen langsung lewat IM)

untuk someone...
saia ubah judulnya..
maap karena waktu itu saia ga sadar..
bener ga niat begitu kok

kayanya lain kali harus lebih perhatian pada hal-hal kecil seperti itu
Maap...
Demitri Hunter
Demitri Hunter
Teacher
Teacher

Jumlah posting : 1627
Join date : 17.11.08
Age : 44

Student Data
Flame Type: Hare - Sun
Rank:
Shoutout: Dilarang selingkuh sekali, kalau 2 kali sampe 100 kali boleh dong~

Kembali Ke Atas Go down

Missing Link ~ The Time Before Us Empty Re: Missing Link ~ The Time Before Us

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics
» Link

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik