[LESSON] Strategy Class: start with an introduction

"Wah~Colorante-kun punya kebiasaan yang unik yah~tapi kalau seperti itu memang topeng itu berguna juga ya, dibeli dimana tuh topeng keren kayak gitu?" tanya Camille tersenyum melihat eskpresi Scuro.

"Um... Dari Black Market. Lumayan mahal sih. Gara2 bahannya dari campuran karbon, titanium, dan baja." kata Colorante. Dia jadi bokek 3 bulan gara2 tuh topeng.

--

OOT : Campuran bahan topengnya saya rada2 ngawur. Nda ngerti! >.<

"Um... Dari Black Market. Lumayan mahal sih. Gara2 bahannya dari campuran karbon, titanium, dan baja." kata Colorante. Dia jadi bokek 3 bulan gara2 tuh topeng.

"Hee... Menarik. Kalau boleh kutanya, black market negara mana?"

Rieska sempat-sempatnya menangkap pembicaraan antara Camille dan Colorante. Memang pada awalnya ia terlihat sibuk sendiri dengan kertas dan pena yang tengah ia pegang. Maklum, Rieska anak yang rajin Ia teringat akan suatu strategi yang perlu dipakai dalam bermain warcraft sebuah game online.

Dan bicara soal strategi...

"Mungkin 2 jam ini kita mulai dengan perkenalan saja? Dan karena sepertinya kalian sudah saling kenal dan saya juga tahu nama kalian satu persatu, apa boleh saya berubah pikiran dengan memulai pelajaran strategi kita yang pertama?"

"Signore, seperti kata Raven, kami bahkan belum tahu nama anda. Tak bisakah kali ini dimulai dengan perkenalan saja?" Rieska masih sebelum melirik Lunaire--bukankah ia sendiri belum tahu siapa dia?

Rieska tidak menyadari kalau ia baru saja membuka jalan yang akan memaksanya untuk melafalkan nama yang ia benci.

---

OOT: Credits to Google Translation untuk kata2 Italianya

"Wai~~boleh aku panggil Anya saja kan? Namaku Camille, Camille Clairine Winfield, cukup Camille saja!" sahut Camille tersenyum polos atau lebih tepatnya riang?

Anya agak tertegun, mengira salamnya tidak akan dibalas karena dasarnya, yah... Cuma anggukan semata. "Ah, boleh, salam kenal Camille." Ia balik menjawab sambil tersenyum sopan.

Kemudian dia mulai mengamati seluruh isi kelas. Hmm... Setelah mendengari beberapa percakapan anak-anak sekelas, Anya jadi tahu beberapa nama teman sekelasnya itu, walau sepertinya cuma nama panggilannya saja sih, bukan nama lengkap. Ada Camille, Lunaire, Scuro, Raven, dan Koya, itu saja kan? Yah... Walau Anya tak berkenalan secara langsung sih.

Anya tersenyum tipis, rasanya tak terasa seperti dalam kelas di sekolah mafia. Ia mengalihkan pandangannya terhadap lelaki yang sedang berdiri di dekat meja guru, dia itu guru dari kelas ini kan? Lelaki itu berbalik, dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu.

"Nah, sepertinya sebagian besar sudah hadir," yep. akhirnya ia berbicara juga. Lucu deh mendengarkan apa yang sejak tadi dibicarakan oleh para pemuda-pemudi di depannya itu. Rasanya seperti....kembali jadi muda? (lah ngaco aja lu).
"Mungkin 2 jam ini kita mulai dengan perkenalan saja? Dan karena sepertinya kalian sudah saling kenal dan saya juga tahu nama kalian satu persatu, apa boleh saya berubah pikiran dengan memulai pelajaran strategi kita yang pertama?" katanya, berbelit. Kalau mau jujur ia sendiri tidak mau memulai di jam pertama begini. Tapi situasi tidak mengatakan demikian. Yah... Lihat saja nanti.

Hmm, sebenarnya Anya ingin tahu bagaimana sih pelajaran di sekolah mafia? Tapi malas juga kan kalau begitu masuk langsung belajar. Beberapa temannya sepertinya juga setuju dengan pendapat ini. Raven dan Koya mengusulkan memulai pelajaran dengan perkenalan dari guru dan juga murid sepertinya. Anya mengangkat bahu, perkenalan secara umum kelihatannya juga menyenangkan.

"Hee... Menarik. Kalau boleh kutanya, black market negara mana?"

"Hm... Kalo nda salah sih dari Italia... Atau China ya..." kata Colorante sambil berusaha keras mengingat2.

--

OOT : pendek amat... -_-'

"Um... Dari Black Market. Lumayan mahal sih. Gara2 bahannya dari campuran karbon, titanium, dan baja." kata Colorante.

"Waow~dari Black Market? Hebat banget~harganya mahal sekali ya. hoo.." ucap Camille mangangguk-anggukkan kepalanya polos tanda dia mengerti.

"Hee... Menarik. Kalau boleh kutanya, black market negara mana?"

Mendengar jawaban dari Anya itu Camille tersenyum senang..

"Wai~~Anya dari famiglia apa? Kalau dari famiglia yang sama, aku boleh ke kamar Anya untuk main ga?" tanya Camille pada Anya dengan semangatnya.
"Hm... Kalo nda salah sih dari Italia... Atau China ya..." kata Colorante sambil berusaha keras mengingat2.

Mendengar pembicaraan antara Koya dan Scuro, Camille ikut2an nimbrung juga...

"Eh, China? Memangnya Black Market di China itu seperti apa sih Colorante-kun? Apa Koya-ku juga tahu?" tanya Camille polos bertanya pada mereka berdua. Yah, maklum..Camille ga pernah pergi ke China sih..dulu dia sibuk melakukan hal yang lebih penting baginya.

"Ah, boleh, salam kenal Camille." Ia balik menjawab sambil tersenyum sopan.

GRADAKKK!!!!

Dengan napas ngos-ngosan, Val membuka pintu ruangan kelas itu.

"SORRY GUE TELAT BANGET!!!" Katanya, dengan suara setengah berteriak. Dasinya jelas tidak rapi, cuma diikat sekali, tidak seperti dasi. Val hanya bersweat drop saat melihat kelas sudah ramai.

-Pelajaran buatmu, nak. Kalo maen game, liat jam.-

B..berisik...

Dia segera mengambil tempat di satu kursi yang masih kosong, yang sialnya, ada di barisan daerah depan. Jih. Dia melirik sekitarnya, mencari orang yang dikenalinya....dan tidak ada. Baguuuusss...

"Waow~dari Black Market? Hebat banget~harganya mahal sekali ya. hoo.." ucap Camille mangangguk-anggukkan kepalanya polos tanda dia mengerti.

"Eh, China? Memangnya Black Market di China itu seperti apa sih Colorante-kun? Apa Koya-ku juga tahu?" tanya Camille polos bertanya pada mereka berdua. Yah, maklum..Camille ga pernah pergi ke China sih..dulu dia sibuk melakukan hal yang lebih penting baginya.

"Nah itu dia! Aku lupa... -_-' Mungkin gara2 keseringan nabrak sesuatu ya..." kata Colorante sambil heran sendiri pada kebiasaan buruknya itu.

Tiba2....

GRADAKKK!!!!

"Gile! Apaan tuh!? Godzilla?" pikir Colorante sambil segera berbalik dan memandang pintu yang sekarang terbuka.

"SORRY GUE TELAT BANGET!!!" Katanya, dengan suara setengah berteriak.

"Ung? Sapa ini? Belon pernah liat... Tapi kasian banget, sampe ngos2an kayak gitu..."

"Lebih baik kamu duduk dulu aja deh. Nih minum (dapet dari mana minumnya!?)." Colorante menyodorkan sebuah botol berisi air putih pada Valaris.

Demit

Dasar bocah sekarang. Apa mereka tidak diajarkan untuk menghargai orang lain? Payah.. Apa saja sih yang dilakukan oleh ibu mereka di rumah? Hanya mengeloni dan memberi makan layaknya binatang peliharaan tanpa mengajarkan nilai-nilai kehidupan kah? Geez... Lihatlah para murid tercinta, ada orang di depan, woy. Sepertinya mereka sangat tidak sabaran memulai pelajaran strategi, eh? Dasar pembohong. Tadi katanya ga mau. Sekarang malah ngomongin black market.

Well, usaha yang bagus, nak. Mendapatkan topeng itu dari pasar gelap. Yah karena banyak mafia yang berkecimpung dalam dunia perekonomian belakang, dan mungkin Colorante dapat sukses di bidang itu. Tapi hal semacam itu terlalu umum dan tidak patut dibanggakan kepada sesama mafia, walaupun kamu akan dengan sukses membuat mereka yang masih kecil dan polos terkagum-kagum.

Apa mereka berniat mempermainkannya? Membicarakan hal yang jelas out-of-topic dari pelajaran. Nah apa yang akan kamu lakukan sekarang, Skeil? Memaklumi, atau... "Mengesampingkan protes kalian," katanya, "dari tadi ngomongin black market terus, ada apa sih?" tambahnya, tersenyum ramah dan memberikan kesan berteman kepada mereka semua di sana.

BRAKK!!

pintu kelas dibanting terbuka, menampakan sesosok murid yang terlambat dengan pakaian tidak rapi. Ga peduli soal rapi atau tidaknya, sih. Karena Skeil sendiri tidak menggunakan jas dan hanya kemeja lengan panjang yang tidak berdasi. "Ga telat-telat amat kok, cuma 15 menit...." balasnya dengan senyum mengembang dan penekanan pada '15 menit', membiarkan kalimatnya tergantung dengan tidak pas untuk menebak nama pemuda itu, "Valaris?" lanjutnya.

Lalu pandangannya kembali pada kelasnya, yang sejak tadi menanyakan namanya. Hei, itu strategi yang buruk untuk awal pelajaran, nak. "Sepertinya sejak tadi kalian penasaran soal namaku," katanya, "gimana kalau itu jadi pr saja?"

-----

oot: dan ga ada yang boleh curang pake alasan lihat di daftar guru. Karena rasanya emang ga ada daftar guru yang dibagikan ke murid (ohoho~ *ditendang*)

"Hihi..Raven-kun penyakit 'ngantuknya' belum sembuh2 ya?"balas Camille tertawa mendengar perkataan raven yang lucu mengenai kebiasaan ngantuknya itu.

"Ah..yah..begitulah.." balas Raven malu juga.

"Ohh...berarti sekarang diganti senjata apa Raven-kun? Iya, aku ganti semenjak aku menempati jabatan ini..." kata Camille menunjukkan 'Yoru no Tenshi'-nya yang sekarang dilipat pendek, jadi bisa dimasukkan ke kantong.

"Brass Knuckles dengan cakar di ujungnya...hoo...bisa dilipet-lipet ya.." balas raven mengamati senjata Camille yang diperlihatkanj padanya dan mengembalikanyya lagi pada camille.

GRADAKKK!!!!

"SORRY GUE TELAT BANGET!!!" Katanya, dengan suara setengah berteriak.

"Siapa tuh?" batin Raven menoleh melihat dan mengamati wajah pemuda itu, tidak pernah merasa melihatnya.

"Mengesampingkan protes kalian," katanya, "dari tadi ngomongin black market terus, ada apa sih?" tambahnya, tersenyum ramah dan memberikan kesan berteman kepada mereka semua di sana.

"Itu tentang topeng Colo yang dibeli di Black Market..jangan kesampingkan protes saya dong.." jawab Raven melihat swt gurunya itu.

"Sepertinya sejak tadi kalian penasaran soal namaku," katanya, "gimana kalau itu jadi pr saja?"

"I BUJUD! Hari pertama uda ada pr? Abis itu pr-nya aneh lagi! Jangan gitu dong sensei!" balas Raven mengeluh.

OOT:@Skeil: Lu tuh ngasih pr aneh2 aja! Ntar gw bantai lu di kelas J***** *dihajar*

`Sekolah? Belajar? HA! Kau pikir aku perlu dengan hal seperti itu?! Sh*t!`

Sir, bisakah kita sudahi―atau paling tidak segera mulai―pelajaran strateginya? Lihat baik-baik pemuda berambut biru-sebahu yang sedang berkomat-kamit tanpa suara itu. Dia merasa bosan setengah mati, padahal kelas baru saja mulai beberapa menit yang lalu. Yeah, kalau dari awal sudah tidak niat, pasti jadi beban. Itulah alasan mengapa ia selalu terlihat enggan dalam melakukan segala hal. Apalagi, setelah sosok adik kesayangan luput dari matanya. Penyakit `i-do-not-care-for-everything` miliknya, makin parah. Hei… Lunar, entah apa yang akan terjadi bila kau tiba-tiba muncul dihadapan kakakmu sekarang. Yang pasti, sangat tidak terduga.

Lune masih berceloteh pelan soal kebenciannya pada kelas ini. Tidak ada satupun respek yang ia keluarkan saat ada yang melayangkan kata-kata padanya. Mulutnya terkatup rapat, sorot matanya bersikeras menghindar dari semua yang ada di sana. Lune ingin pindah ke kursi lain, dimana dia tidak diganggu orang-orang berisik. Apalagi yang baru datang menggebrak pintu itu. Berisik. Cerewet pula, dasar manusia. Mereka―semua manusia didunia―cuma kumpulan boneka hidup. Perlu diartikan? Hmph. Pikir sendiri.

Lune akhirnya berdiri, beranjak dari tempat duduknya. Ia mendesah kecil sebagai isyarat nyata `jangan.ganggu.aku`. Satu-satunya benda yang tampak dimatanya hanyalah sebuah kursi jajaran depan, dekat meja guru. Psikologis manusia membuktikan bahwa 65% murid sekolah, lebih memilih untuk tidak duduk dekat guru. Mungkin takut ditunjuk, atau apa. Bagus.
Lune segera duduk diam―seperti patung―di kursi barunya.

Sementara guru kelas strategi mulai membuka mulutnya untuk cuap-cuap. Beliau berkelakar tentang kuis `who am i` yang benar-benar konyol. Lune sempat beranggapan bahwa seluruh hal yang dikatakan guru itu penuh dengan taktik memikat hati siswa, dan ternyata tidak. Pengajar berparas bocah kecil seperti itu tidak akan terlihat berwibawa di mata muridnya. Hah... tapi biarlah, ini justru bisa membuang waktu dengan efektif.

Well, mari lakukan sesuatu selama menunggu. Lune membenamkan wajahnya dalam-dalam pada kedua lengannya di atas meja. Ng... tapi, percayalah, dia tidak berniat atau sedang t.i.d.u.r.

Hee? telat? gak masalah dan gak dipermasalahkan kok, muhaha.

Oke, inilah Kaito, berjalan lurus dan mulus kedepan sekolah, yeah... bisa dilihat dari kesantaiannya—atau mungkin, dia memang tidak perduli, hahaha. Lagipula pelajaran strategy, pelajaran wajib ya? Biarlah... diulang? oke. Dua kata. Tidak. Peduli. Itu dia, lagipula—kenapa harus jam segini? Biarkan saja.

oke, no Dynamic entry this time. Riteee...

"Hoahem, sorry, telat." ujar Kaito sambil menguap—oh, my... ada teman sekamarnya? Valaris? oke, oke. Duduk disebelahnya saja deh, cepat... sebelum si guru menyadari kalau Kaito terlambat. "Hoi, mana Vel? kukira dia akan datang bareng sama eluh, ohoho." ujarnya santai, sambil duduk disana.

Dan—tadi dia dengar apa? mulai belajar? oho, yasudah. Mulai saja, lah... daripada menunggu waktu lama, hmm? "Oi, sensei, cepat mulai saja deh." ujar Kaito sambil menguap, yeah—berkenalan itu membosankan, Isn't that right?

"Nah itu dia! Aku lupa... -_-' Mungkin gara2 keseringan nabrak sesuatu ya..." kata Colorante sambil heran sendiri pada kebiasaan buruknya itu.

"Hehe..berarti Colorante-kun itu suka nabrak2 dong?" kata Camille ceplas-ceplos, lalu teringat sesuatu dia bertanya pada Scuro..

"Colorante-kun nanti ikut Pesta Dansa Valentine ga? Bagaimana dengan Raven-kun juga?" tambahnya juga bertanya pada Raven.

"Brass Knuckles dengan cakar di ujungnya...hoo...bisa dilipet-lipet ya.." balas raven mengamati senjata Camille yang diperlihatkanj padanya dan mengembalikanyya lagi pada camille.

"Ohh..Blade Fist ya? Keren tuh! Iya, jadi praktis kan?" balas Camille tersenyum memasukkan kembali 'Yoru no Tenshi'-nya ke sakunya.

"Mengesampingkan protes kalian," katanya, "dari tadi ngomongin black market terus, ada apa sih?" tambahnya, tersenyum ramah dan memberikan kesan berteman kepada mereka semua di sana.

Tiba2 guru yang sedari tadi diam (ato emang dicuekin, maaf ya Haren!) itu tersenyum ramah ingin mengetahui apa yang dibicarakan, Raven pun lalu menjawabnya dengan kalimat protes di akhirnya karena guru itu mengesampingkan protesnya...

"Sensei, topeng Colorante-kun ini dibeli di Black Market lho! Keren ya! Pingin kesana lagi deh, uda lama sih.." jawab Camille tersenyum riang dan menunjuk (baca: melambai-lambaikan) tangannya walaupun guru itu tidak memberi soal apapun.

"Sepertinya sejak tadi kalian penasaran soal namaku," katanya, "gimana kalau itu jadi pr saja?"

Guru itu tiba2 memberi soal yang unik, dan Raven saja sudah protes dengan pertanyaan unik guru itu, tapi Camille senyum2 aja denger 'pr' yang aneh itu.

GRADAKKK!!!!

Seorang pemuda dan satu lagi, Kurogami Kaito yang datang terlambat memasuki ruangan itu, satunya dengan terburu-buru, satunya dengan santai. Camille tidak sempat memperhatikan mereka kembali karena tiba2 saja Lunaire berpindah tempat duduk dengan aura yang semakin tidak ingin didekati..

"Hmm...kenapa ya? Ya sudahlah..duduk di sini saja atau pindah ya?" batin Camille celingukan mencari tempat duduk lain atau memang tetap mau di tempatnya semula.

"Ohh..Blade Fist ya? Keren tuh! Iya, jadi praktis kan?" balas Camille tersenyum memasukkan kembali 'Yoru no Tenshi'-nya ke sakunya.

"Iya, haha! Makasih Camille, iya ya, kalau dilipet kayak gitu jadi praktis ya" balas Raven tersenyum pada Camille.

GRADAKKK!!!!

2 orang pemuda yang datang terlambat masuk ke ruangan, yang satu kelihatan terburu-buru yang satunya sih...santai2 aja...Salah satu dari pemuda itu (Kaito) sepertinya ingin cepat2 pel dimulai, ah..jangan gitu dong..si Raven malah ga mau pel dimulai karena masih ingin bersantai-santai tau! *shoot*

Kemudian masih dengan pertanyaan guru itu, Raven tiba2 menangkap masuk ide guru yang menyuruh murid2 untuk mencari namanya itu...

"Sensei jangan2..menyuruh kita mencari nama sensei dengan berbagai cara? Sesuai dengan kelas ini, kelas Strategy?" duga Raven mencoba bertanya pada guru itu dengan tatapan firasat buruk.

Kemudian sepertinya Camille ingin berpindah tempat karena pemuda yang dikenal Camille itu memindahkan tempat duduknya ke depan, langsung saja Raven berkata...

"Disini saja Camille!" pada Camille seraya menunjukkan kursi di depannya yang masih kosong.

Val melirik guru di depan, masih agak nyeri setelah berlari-lari dan sempat jatuh di tangga tadi, tapi seenggaknya tidak ada tulang yang patah.

...nyari nama guru dipake PR...? A...apa ini bener kelas strategi..? batinnya. Dia sudah mencuekkan pembicaraan tentang black market yang sedari tadi berlangsung. Dia sempat hampir muntah saat melihat Kurogami melenggang masuk ke kelas, tapi dia menahan niat muntahnya itu.

"Hoi, mana Vel? kukira dia akan datang bareng sama eluh, ohoho."

"Vel grade lima, bego." balas Val, dengan nada yang kurang lebih sama dengan nada roommatenya.

Kembali ke guru aneh di depan.

Hmm...nama...namaa...Val melirik meja guru. Banyak kertas...Mmm...ada yang ditulisi namanya nggak ya?

"Hehe..berarti Colorante-kun itu suka nabrak2 dong?" kata Camille ceplas-ceplos, lalu teringat sesuatu dia bertanya pada Scuro..

"Colorante-kun nanti ikut Pesta Dansa Valentine ga? Bagaimana dengan Raven-kun juga?" tambahnya juga bertanya pada Raven.

"Bukan suka nabrak2 lagi... SANGAT SERING NABRAK!" kata Colorante sambil menghela nafas panjang.

"Valentine? Ikut lah..."

--

OOT : pendek amat seh!

"Wai~~Anya dari famiglia apa? Kalau dari famiglia yang sama, aku boleh ke kamar Anya untuk main ga?" tanya Camille pada Anya dengan semangatnya.

"Aku dari Millefiore, memang Camille dari famiglia mana?" Tanyanya balik, Camille kelihatannya sangat antusias dalam menanyakan hal ini, yah Anya sendiri belum kenal siapa-siapa di sekolah ini. Lalu pembicaraan murid di kelas beralih ke black market yang kelihatannya Koya dan Colorante setidaknya kenal dengan hal tersebut. Sampai sang guru menanyakan hal yang dibicarakan tersebut. Anya cuma tersenyum tahu.

Kemudian dua orang murid lelaki, masuk ke kelas. Yang satu sepertinya panik karena terlambat dan yang satunya lagi dengan tenang melangkah masuk ke kelas ini. Lalu si Lunaire berpindah tempat duduk, kelihatannya pemuda tersebut benar-benar tidak ingin diganggu, atau memang dia sudah seperti itu sifatnya.

Lalu guru tersebut berbicara lagi, kali ini memberikan pr, yaitu siapa nama guru tersebut. Konyol. 'Apa ini benar kelas strategi?' Pikirnya sambil menatap guru tersebut. Anya berpikir lagi 'Apa kita harus mendapatkan nama sang guru ini, dengan sebuah strategi? Inikah pelajaran yang ia berikan?'

"Sepertinya sejak tadi kalian penasaran soal namaku," katanya, "gimana kalau itu jadi pr saja?"

Kening Rieska mengerut. Baguslah kalau memang ini adalah PR bagi mereka untuk mendapatkan nama guru tersebut. Namun, kalau ternyata guru ini ternyata hanya main-main dengan mereka... Oh, my...

"Hee, jadi guru mau menjadikan hal tersebut PR?" Rieska bertanya santai sementara menatap mafiosso yang menjadi gurunya dengan tajam. Bibirnya kemudian membentuk senyum. "Dengan cara apa pun, tidak masalah kan?"

"Apa hanya itu, atau mungkin sensei ingin menambah materi lain?" Rieska bergumam santai. Sikapnya meungkin dapat dibilang... kurang ajar. Namun, bisakah Rieska disalahkan karena dia merasa PR tersebut agak... aneh?

[OOT: ...Seriously, what has come over meeee! (]

"Bukan suka nabrak2 lagi... SANGAT SERING NABRAK!" kata Colorante sambil menghela nafas panjang.

"Valentine? Ikut lah..."

Camille tertawa mendengar ucapan Scuro yang sering nabrak2, lalu dia juga berkata akan pergi ke pesta Valentine...

"Heh? Colorante-kun ikut ya? Hmm..mendingan aku juga ikut atau tidak ya?" kata Camille bingung sendiri apakah sebaiknya dia ikut atau tidak. Setahunya pesta Valentine itu harus pasangan kan? Kalau memang begitu Camille harus datang dengan siapa? Dengan Naryu-kah? Lihat saja nanti...

"Aku dari Millefiore, memang Camille dari famiglia mana?" Tanyanya balik

"Waai~Anya juga dari Mille? Aku juga! Horee! Kalau malam nanti aku datang ke kamarnya Anya buat main ya!" ujar Camille tersenyum gembira seperti anak kecil.

"Iya, haha! Makasih Camille, iya ya, kalau dilipet kayak gitu jadi praktis ya" balas Raven tersenyum pada Camille.

"Hehe, iya nih Raven-kun!" balas Camille juga ikut tersenyum ke Raven.

"Disini saja Camille!" pada Camille seraya menunjukkan kursi di depannya yang masih kosong.

Tiba2 Camille yang sempat bingung harus duduk di mana diajak Raven untuk duduk disebelahnya, tentu saja Camille dengan senang hati menerimanya sambil tertawa riang.

Tidak lama kemudian Camille mendengar Raven menanyakan guru itu ttg cara mendapatkan informasi dari pr tersebut..

"Hoo~jadi harus pake strategy kayak nama kelasnya ya sensei?" tanya Camille polos.

"Oh, iya. Gue lupa kalau umur elu lebih muda setaun... kayaknya. Wakakakak."tawanya pelan, sambil mendengarkan--err, racauan gurunya tentang mencari nama. Nama dari gurunya, tentu. Kaito memutar otaknya, dan mendapatkan jawaban setelah 15 menit berpikir...

Ah, mencari Informasi.

"Sensei, mencari nama dengan mengumpulkan informasi? Yah, walau bagaimanapun... Mencari informasi termasuk kedalam salah satu esensi daripada Strategi, kan? Tanpa informasi, kita tidak akan bisa membuat strategi, yes?" racaunya tidak jelas, sambil mengutak-atik box nya dan memanggil Elang kesayangannya, untuk apa? Jelas kan?

"oke, kumpulkan informasi untuk nama dari guru pelajaran strategi ini, Cless." bisiknya, lalu membiarkan Cless mengepakkan sayapnya, dan keluar dari kelas itu. Sambil menunggu, Kaito berkata, "Nah, Sensei... karena nanti nama anda akan ketahuan, bagaimana kalau kita belajar seperti biasa?"—oke. Kaito kembali menyilangkan kedua tangan diatas meja dan memposisikan kepalanya diatas tangannya.

Skeil hanya menghela nafas melihat respon para muridnya. Ada yang mengeluh, tidur, malah ada yang bilang kalau ia kekurangan materi. Hei, santai, bocah. "Ah, saya tidak kekurangan materi, Verriet," katanya pelan dengan mata merahnya menatap pemuda berambut pirang itu penuh arti. Seperti tertawa dengan intonasi 'fufufu...' "Atau mungkin anda sudah menyerah dengan tugas seperti ini? Kamu masih muda, berusahalah," tambahnya pelan. Entah mengejek atau memuji, lagian sama saja.

Yang ia ajar kali ini kelas 4. Ia lupa, tepatnya, kalau mereka sudah cukup besar dan berpikir maju. Gimana tidak? Usia mereka berkisar antara 18-19 tahun. Otak jalan, jelas. Dan mereka sadar diri. Oke~. Ia akui itu. Kenapa? Mari kita dengarkan dengan seksama. 2 orang mengerti maksud dari prnya. Yang satu hanya bertanya, tapi yang satu lagi (Kurogami) mengutak atik boxnya dan mulai mencari informasi.

Skeil bangkit dari kursinya, berjalan mondar mandir dengan senyum mengembang, "ternyata kalian bisa berpikir jauh juga. Saya jadi salut," katanya, "yep. Untuk diingat, meskipun tidak ada perkenalan dalam pelajaran saya, tapi saya camkan sekali lagi; ini adalah kelas strategi. Di mana strategi akan menjadi dasar dari setiap percakapan di sini. Kalian meminta perkenalan? No, no. Dasar dari strategi adalah informasi. Pikirkan bagaimana caranya kalian menyusun taktik bertarung tanpa sedikitpun informasi mengenai lawan. Yah, lebih banyak orang menggunakan cara gerilya, memang, alias asal-serang-yang-penting-mati-and-that's-all. Tapi kalau dipikir lagi, bukankah mereka mau tidak mau akan menggunakan otak dalam pertarungannya? Nah, untuk itulah kita belajar strategi yang akan lebih saya fokuskan pada informasi (karena kalian akan lebih banyak mempelajari tentang gaya bertarung dalam combat class) tapi tenang saja, karena saya juga akan (dan pasti) memberikan praktik dalam hal pertarungan," jelasnya panjang lebar lalu berhenti di samping mejanya.

Ia melirik arlojinya, masih 1,5 jam lagi, sangat banyak waktu yang tersisa. "Masih banyak waktu. Bagaimana kalau kalian mengerjakan tugas ini sekarang?" katanya. "silahkan mencari tahu apa nama saya. Terserah kalian bagaimanapun caranya. Ah, kalian saya ijinkan keluar kelas, tapi jangan lupa kembali lagi 5 menit sebelum pergantian pelajaran. Oke?"

=====

OOT:
-diperbolehkan keluar dari thread(kelas) ini untuk mencari informasi. Tapi harus kembali dan harus sudah kembali masuk ke dalam thread (kelas) pada tanggal 26 Maret
-deskripsikan bagaimana kalian mencari informasi pada rep selanjutnya (setelah selesai mencari informasi)

ps: kalo ada yang bener-bener mentok, alias bingung mau gimana atau ga ada lawan/teman dalam RP yang bisa diajak tuker informasi (baca: ngeplot), bisa PM saia *digebuk* tapi cuma buat yang benar-benar tidak ada lawan / cara mencari informasi.