[LESSON]-Second Grade, Introduction--Prepare for the Homework! *evilsmile*

Timeline: 14 Februari, jam 12.06

______________

Kesiangan...

Hanya kata itu saja yang terlintas di benak Iku ketika menyusuri koridor Don Girarde School itu menuju kelas barunya, kelas bahasa Jepang.

Tapi walaupun tahu bahwa dia terlambat, Iku tetap berjalan dengan santai, masih dengan wajah yang agak ngantuk dan malas walaupun hari sudah siang, tidak peduli bahwa sebenarnya dia sudah lumayan telat untuk masuk kelasnya hari ini. Benar-benar bukan contoh yang baik untuk dia yang merupakan seorang guru.

Hari ini Iku mengajar Second Grade Class, akan bagaimana nanti murid2nya ya? Biasanya Second Grade Class kan isinya anak kecil semua, apa Iku akan tahan dengan tingkah mereka ya? Yaahh...kita lihat saja nanti....

Ikuto pun masuk ke kelas barunya itu dan segera mendekati meja guru...Dia melihat ruang kelas yang akan diajarnya hari ini. Ruang kelas itu biasa saja, seperti yang diberikan sekolah itu pada 1 guru bidang studi. Ikuto pun sebenarnya malas kalau harus mendekorasi ruangan kelasnya itu...

"Buat apa? Buang2 waktu saja.." pikirnya.

Dia pun lalu duduk di meja guru dan memeriksa buku daftar kelas dua yang akan diajarnya hari ini. Sepertinya kelas 2 hanya mempunyai sedikit murid.

"Syukurlah kalau begitu, moga2 saja hari pertama ngajar tidak ada yang membuat keributan..aku malas kalau harus mengurusi anak2 kecil yang cengeng itu.." batin Iku, matanya dengan malas menelusuri nama2 siswa-siswi kelas dua dengan tangan berpangku pada dagunya.

"Hari ini mungkin perkenalan saja dulu ya...haah..datang telat begini saja belum ada murid yang datang..mungkin seharusnya tadi aku datang lebih telat aja sekalian *digebuk staf lain*..masih ngantuk nih..Huahm!" batin Iku menguap malas, terantuk-kantuk di meja gurunya, masih dalam posisi dagu menopang mulutnya. Dia tidak peduli jika nanti ada muridnya yang datang dan melihatnya dalam keadaan seperti ini, haahh...memang dasar guru ga bener Iku..*dihajar Iku*

Aneh juga kalau dilihat kenapa sudah sesiang ini Iku masih terkantuk-kantuk. Padahal masih mendingan dia mengajar jam segini ketimbang seperti guru-guru lain yang mengajar kelas pagi sekali. Yah, memang semenjak Kiiri tidak ada, Iku jadi serba melakukan segala sesuatunya dengan malas, ibarat peribahasa 'Hidup segan, mati tak mau' (By: Bu Widya tercinta).

Iku memandang keluar jendela, masih dengan bertopang dagu, mengingat kembali peristiwa perang besar 3 tahun yang lalu yang menyebabkan dia harus kehilangan adiknya. Dia sendiri juga harus memakai Contact Lens sekarang akibat penglihatannya yang sedikit bermasalah juga karena dari perang besar itu.

Tak!
Tak!

Terdengar sesuatu yang keras berbenturan dengna lantai yang dingin, apalagi kalau itu bukan alat bantu Mya? Ia masih nekat untuk naik tangga dengan menggunakan alat bantu dan bukannya memakai elevator untuk memudahkannya, ia berprinsip kalau hanya naik tangga saja tidak bisa, bagaimana mau bertarung saat ia diperlukan? Well yeah, masih banyak anggota mafia lainnya yang memiliki kemampuan jauh di atas serta kesempurnaan tubuh, tapi bukannya akan bagus kalau ia yang cacat ini bisa mengalahkan mereka? Mya tersenyum sendiri mengingatnya.

Hari ini pelajaran apa? Gret, bahasa Jepang-- Salah satu pelajaran tambahan yang dibenci Mya setelah combat. Lidahnya yang Russia saja masih belum bisa membiasakan pada bahasa Itali, apalagi Jepang yang bahkan pola bahasanya masih belum bisa dihafalnya? Namun sebagai informan, sangat tidak lucu kalau tiba-tiba ia tidak bisa mengartikan sebuah kode hanya karena kode itu merujuk pada bahasa cacing dewa yang tidak pernah disukainya itu. Ia bergerak lebih cepat agar tidak terlambat masuk kelasnya, kelas sebelumnya benar-benar membuatnya terpaksa tinggal lebih lama karena satu hal dan hal lain...

Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya sampai juga dirinya di tempat yang seharusnya ia berada beberapa menit yang lalu, kelas bahasa Jepang. Tangan kanannya membuka pintu geser kelas tersebut dan menemukan hanya sang guru sedang duduk malas-malasan tanpa ada murid sedikitpun. Memang kabarnya murid second grade hanya sedikit-- Apa hanya dirinya yang mengikuti kelas Jepang? Itu akan lebih bagus karena berarti tidak akan ada yang namanya keributan tidak jelas karena adanya gadis-gadis yang tengah bergossip-ria atau laki-laki yang menggoda perempuan yang disukainya.

Ia masuk ke kelas tersebut tanpa mengucapkan salam ataupun permintaan maaf karena terlambat. "Segera mulai pelajarannya saja." Ujarnya cuku pangkuh, ia tidak ingin berlama-lama bengong di kelas.

Iku tadinya masih menatap keluar jendela sampai seorang siswa kelas 2 yang menurut daftar muridnya bernama Dudnik Myagkoserdechnayy datang ke kelasnya...

"Segera mulai pelajarannya saja." Ujarnya cuku pangkuh, ia tidak ingin berlama-lama bengong di kelas.

Iku hanya terdiam menatap anak yang tidak sopan itu, menyuruh2nya..tapi Iku tidak terlalu mempedulikan hal itu dan memulai kelasnya saja karena memang siswa kelas 2 yang mengambil bahasa Jepang hanya dia saja..(kok kayaknya kesannya kere *dihajar*).

"Dudnik Myagkoserdechnayy ya..panjang juga..kupanggil saja kau Mya, tidak keberatan bukan?" tanya Iku datar melihat daftar buku muridnya.

"Yah, aku langsung saja memperkenalkan diriku...namaku Ikuto Leon, kalau kau sudah tahu namaku ya sudah....anggap saja hal ini perkenalan ulang..." kata Iku cepat ga jelas masih dengan nada yang monoton. Mungkin si Iku memang tidak berniat mengajar hari ini? *digaplok*.

"Kuperingatkan dari awal saja.....Pelajaranku ini menekankan pada tugas, dan jika anda telat mengumpulkan tugas pada waktu yang saya tentukan, ada hukuman yang telah menunggu anda dan tentu saja saya tidak akan membeda-bedakan hukuman tiap anak walaupun itu first grade sekalipun..sama saja dengan membolos karena hukumannya akan lebih berat...menyangkut keperawanan/keperjakaan seseorang" jelas Iku.

"Lalu..ini hanya sekadar pertanyaan lewat. Tapi jika saya bertanya pada anda sistem apakah yang anda inginkan di kelas bahasa Jepang ini, apa yang akan anda jawab?" tanya Iku menutup buku daftar muridnya dan sekarang menatap lekat2 Mya untuk melihat ekspresi bohong atau tidaknya siswa itu.

Oke, jangan bilang yang mengikuti kelas bahasa Jepang hanya ada dia seorang. Walaupun menunggu, tidak ada tanda-tanda bahwa ada murid lain yang datang-- Heck! Apa hal itu sungguhan? Mya akan melewatkan kelas ini berdua sana dengan guru slengean yang bahkan tidak niat untuk mengajar? Ah, tahu begini ia tidak usah mengambil kelas bahasa Jepang dan memilih kelas sains saja sebagai gantinya, tapi apa boleh buat-- Sang kepala sekolah tidak akan mengijinkan yang namanya ganti kelas.

"Dudnik Myagkoserdechnayy ya..panjang juga..kupanggil saja kau Mya, tidak keberatan bukan?"

"Du-Nik Mya-Kose-De-Nay." Balas Mya untuk membetulkan cara pengucapan guru tersebut. "Dan 'Mya' akan jauh lebih baik daripada pronounciationmu yang salah semua itu." Lanjutnya sambil tersenyum meremehkan, apa guru ini tidak bisa marah? Tidak seru! Mengesampingkan ketidak-seruan si guru, ia memperkenalkan diri sekali lagi padahal namanya sudah terpampang di jadwal pelajaran milik Mya. Nama khas orang Jepang, sesuai dengan kewarganegaraan Vongola 10th.

"Kuperingatkan dari awal saja.....Pelajaranku ini...

Kalimat itu tidak ada yang masuk ke telinga Mya, ia hanya bersiul-siul sambil membuang muka serta memandang pemandangan di luar jendela yang tidak bisa dinikmati sama sekali. Tsk, lain kali ia membolos saja deh, sepertinya berlatih akurasi atau bahkan mencari informasi tentang famiglia yang bisa mengancam persahabatan keempat famiglia ini.

"Lalu..ini hanya sekadar pertanyaan lewat. Tapi jika saya bertanya pada anda sistem apakah yang anda inginkan di kelas bahasa Jepang ini, apa yang akan anda jawab?"

Kalimat ini sih masuk sekali di telinga Mya secara ia langsung menatap langsung sang guru. Dengan senyuman khas dirinya, ia berkata dengan lancarnya menggunakan bahasa Jepang namun aksen Russia. "Aku butuh cara penggunaan serta membacanya, aku tidak peduli tentang sastra atau bahkan sejarah di belakang bahasa ini."

Pfft, ia adalah informan, bukan ahli sejarah bahasa.