Italian Class - Welcome eh, Fifth Grade.

"Jadi? Belajar, main, atau 'main'?" tanya Siren sambil tersenyum tipis. Dia tidak begitu peduli guru ini maunya ngapain. Bukan urusannya, 'kan?

"Uda main aja napa sih?" batin Hoku yang lalu menggoyang-goyangkan kursinya ke belakang dengan kaki di atas meja, dan tangan di belakang leher, bersantai.

"Oho! Main...?" Schubert berseur lagi, sementara pikirannya mengembara ke masa lalu. Mari kita lihat; Definisi Schubert mengenai main adalah target practice, duel anggar dengan Rieska, adu makan makaroni dengan tuan muda keluarga Verriert tersebut, dan dikejar-kejar oleh Natasha Verriert sampai hampir mati. Memikirkan opsi yang terakhir, bulu kuduk Schubert berdiri.

"Entahlah..." Nada suara Schubert merendah. "Tapi mungkin terserah dulu... hmmm..."

mendengar temen2 sekelasnya kompak ingin bermain, Marco hanya mengurut2 kepalanya "Swt.... Ini Fifth class atau Kindergarten class seh?" ia mengeluh dengan suara pelan

"Yah... Kalau begitu aku ikut2 dulu saja deh? mendekatkan diri kearah teman2nya

OOT: Marco ikutan apa aja yang fun... tapi klo terlalu "aneh2" saya akan.... *Preparin Ak-47 for warning* mwawahahahaha
dengan kata lain wa ikut2 ikut

Hmm..dilihat dari ekspresi Marco dan Schubert keduanya juga sudah setuju untuk main, jadi..bagaimana dengan pemuda yang tidak jelas bener2 mau main apa ngga itu? Mari kita lihat saja nanti *ditabok*.

"Nah gitu dong Marco, Schubert! Masa muda memang harus begitu!" ujar Hoku ga jelas, apa hubungannya masa muda dengan kayak ginian?!

Yah..tapi setidaknya, Hoku sudah mempersiapkan 'Killian'-nya jika terjadi segala kemungkinan yang buruk baginya (baca: diserang, ditantang, dll...). Tapi sebenernya ga usah begitu pun Hoku selalu bawa 'Killian' di kantongnya kemana-mana sih... *swt*

"Jadi? Kita jadi main kan sensei?" tanya Hoku lagi semangat.

Berbagai tanggapan keluar dari mulut pada murid-muridnya. Ren hanya tersenyum penuh arti di dekat jendela, menikmati angin pagi yang bertiup sepoi-sepoi membuat pemuda ini merasa sedikit mengantuk.

"Tunggu, Herr! ...eh, salah... Signore!" Schubert segera berseru, sebelum kembali ceplas-ceplos lagi. "Kenapa kita tidak perkenalan diri dulu? Kami belum mengenal guru, lho."

Ren berhenti pada sebuah pertanyaan yang menurutnya penting. Lalu bagaimana dengan pertanyaan dan tanggapan yang lainnya? Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Siapa peduli? "Schubert?" pemuda ini melirik ke arah muridnya yang nampaknya baru sadar untuk menanyakan nama pemuda ini. "Ren. Kalian boleh panggil aku begitu." jawabnya santai.

"Jadi? Kita jadi main kan sensei?"

"Ya." jawabnya singkat. Ren melangkahkan kakinya ke arah papan tulis sementara Hokuto, murid yang paling berisik dan tidak bisa diam itu kelihatannya sudah tidak sabar untuk bermain. Tapi, tahukah arti 'bermain' dalam otak pemuda ini? Ren tersenyum misterius kemudian tangannya mengambil alat tulis dan menuliskan sesuatu pada papan tulis yang lumayan besar itu.

1. Sebutkan ciri-ciri bahasa baku.
   
2. Jelaskan apa itu makna struktural, makna kontekstual, dan makna metaforis.
   
3. Sebutkan dan jelaskan 2 teknik membaca cepat.
   
4. Sebutkan minimal 10 jenis majas perbandingan.
   
5. Jelaskan mengenai homonim, homograf, homofon dan polisemi. (Contoh dapat menambah poin penilaian)
   
6. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karangan.

Setelah selesai menuliskan hal-hal tersebut, pemuda ini meletakkan alat tulisnya di meja dan membalikkan tubuhnya. "Bagaimana kalau kita bermain 'Win or Die'?" tanyanya sambil tersenyum penuh arti seperti tadi. Mungkin kebanyakan orang akan berpikir apakah Ren masih punya akal sehat atau tidak. Hei, tapi seperti kata salah satu muridnya, Siren -- di kelas bahasa Italia yang dipimpin pemuda ini, Ren adalah rajanya. "Yang berhasil menjawab dengan benar dalam waktu 10 menit akan kuberikan nilai. Sebaliknya bagaimana dengan mereka yang gagal?" Ren balik bertanya sambil berjalan ke tengah ruang kelas. "Mereka akan dilemparkan oleh 'pemenang' permainan ini dari jendela ke luar sana. Anggap saja permainan hidup dan mati." lanjutnya dengan anda bicara yang santai seolah semua ini hanya permainan hidup. Ya, memang permainan... Dengan konsekuensi yang tidak main-main. Ren tersenyum kecil sambil menatap ke luar sana. Cukup tinggi bukan? Melihat kelas ini berada di lantai empat.

((OOC : Kalian boleh mendiskusikan jawabannya di sini, tapi bukan berarti dijawab langsung di sini. Tolong kirim jawabannya pada saya via PM. Dan 10 menit yang tertera itu dimaksudkan bahwa DEADLINE pengumpulan jawaban tersebut paling lambat Tanggal 7 Maret atau 3 hari setelah post ini dipajang.

Schubert von Edelmann mencerna kata-kata sang guru tersebut berulang-ulang. Permainan yang diajukan oleh Reinance terdengar... cukup menarik. Yah, memang ia tidak pernah menjatuhkan diri dari lantai 4, namun ia pernah jatuh tergelincir dari salah satu tebing di sebuah lokasi ski dan jatuh keras menembus salju yang lumayan tebal. Bisa dibilang, hal tersebut terasa tidak terlalu sakit, kecuali tangan kanannya yang juga patah pada saat itu.

'....Baiklah, jatuh dari lantai 4 sepertinya jauh lebih sakit. Atau malah sebaliknya ya? Hee... Bisa langsung mati di tempat sih...' Schubert berpikir pendek sebelum menyeret matanya ke arah papan tulis--6 butir pertanyaan mengenai kaidah-kaidah bahasa. Syukurlah pertanyaan tersebut tidak menyangkut sastra, karena pria ini tidak terlalu suka membaca dokumen tua dan bahasa kuno.

Maka, Schubert mengambil secarik kertas dan segera menulis jawaban-jawaban tersebut. Heck, ia sudah mempelajari berbagai macam bahasa--pertanyaan tersebut sudah dilontarkan kepadanya beberapa kali, dalam bahasa dan konteks yang berbeda. Pada akhirnya, ada kemiripan di antara bahasa-bahasa yang ia pelajari.

Goresan penanya berhenti pada penjelasan jenis karangan. Sun Funeral Wreath tersebut tersenyum kecil dan menaruh penanya. Ia sudah selesai mengerjakan--mengapa harus terburu-buru memberikan jawaban? Ia sebenarnya agak tertarik menyaksikan bagaimana murid lain bereaksi.

---

OOT: Jawaban di-hold dulu... tapi sudah jadi koq
@Reinance: Itu 7 April atau Maret?

"Ren. Kalian boleh panggil aku begitu." jawabnya santai.

"Karena kamu bilang begitu, ya sudah kupanggil Ren saja tanpa embel2 ya!" ujar Hoku cuek, mau dibilang ga sopan juga dia ga peduli.

Tiba2 guru ga jelas itu *dihajar* itu bukannya ngasih permainan tapi malah ngasih..soal?! WT*! Tadi di kelas Sains dapet soal, ini soal lagi! Dibilang susah ga tau juga karena sebelum mencernanya di otak, Hoku uda keburu marah2 duluan karena dikasih soal..dan hukumannya...

"Hah? Dilemparkan yang menang ke luar jendela?! Masih lebih mending daripada ngerjain soal tau! Kalo dilempar dari lantai segini mah...mendaratnya juga gampang kok! Ga usah ngerjain ah~oiya sekalian aja bolos kalo dilempar ke bawah, ya-haa.." ujar Hoku yang malah berani mengucapkan itu dengan suara yang tidak bisa dibilang pelan. Dia menganggap dilempar ke bawah enak? Dan sepertinya dia benar2 tidak peduli dengan nilai sekolahnya sat ini, yah, maklum, dia kan DO juga karena ikut tawuran=))

Jadi apa yang dilakukan Hoku sekarang sementara Schubert saja sudah mulai mengerjakan 'permainan' dari guru GJ itu? *ditabok*. Tentu saja, dia bersiul-siul senang dan tidak peduli kertas di depannya masih kosong. Gembira jika membayangkan sehabis ini dia bisa bolos dan ngerusuh di suatu tempat. *bener2 dibantai*

OOT:@Ren: Kalo bener 7 Maret, pending dulu dong! Disini lagi Try Out! Pasti dikirim walopun charanya kayak gitu kok! *dihajar*

Siren tersenyum lebar melihat soal yang tertulis di depannya, lalu tersenyum tipis. Meskipun dia jago dan sering membaca sastra-sastra Itali, bukan berarti dia juga jago teorinya. Dia cuma jago dalam praktiknya.

"As you wish..." gumamnya pelan sambil menarik keluar bolpen dan kertas, dan mulai menulis jawabannya. Setelah selesai, ia menyerahkan jawabannya kepada sang guru tanpa sepatahkatapun.

---
OOT : jawaban udah di PM